Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Lelah

Oleh : Mufida Afiya Di ufuk barat kau berhenti Membalik badan ingin kembali Pada jejak yang kini kau pijak kau berkata "semangatku mengalah, pada lelah tak bersalah" Ada apa gerangan? Mana niat yang kau selipkan? Ikrar yang kau lantangkan? Janji manis yang kau bisikkan pada setiap hati penuh harap? Jangan kembali! Belum pada ujung yang ingin kau jajahi Biarkan lelah berjalan mengiringi Baktikan ia pada muara agung nan suci Hingga kau temukan Sampai kapan akan terus berlari

Harapan

Oleh : Mufida Afiya Cahaya itu kembali lagi Menggeluti hati kecil Untuk ke sekian kali Melambung tinggi harapan Tak kukenali kekecewaan Untuk sesaat Sudah berapa kali? Entahlah Namun kali ini tidak Sungguh! Tak ingin kulepaskan Hasrat hati berbicara Ingin menggenggamnya lebih erat Sedekat hamba pada tuan Selekat darah dalam nadi Menetap lebih lama, Untuk sekarang dan selamanya #50dayschallenge #Menulispuisi #FLPMesir

Kalam

Oleh : Mufida Afiya Kalimat itu teruntai indah Menari mesra Hingga menyelubungi relung jiwa Mendekap sukma seiring langkah penuh alpa Tuntunan arah muara suci yang mulia Menjadi pembuktian cinta Pada pemilik takhta Sebagai deklarasi penghambaan Kepada Sang Pemilik Cinta Selamanya, tak lekang oleh masa #50dayschallenge #Menulispuisi #FLPMesir

Purnama ke Sembilan

Gambar
Oleh : Mufida Afiya Masih menantikanmu, purnama ke sembilan Citramu menawan, aku terpana Kala indahmu menyulut pelita Membekas jauh hingga relung hati Dari jiwa yang terbelenggu Oleh rindu yang menggelitik Cinta abadi yang tak pernah dusta Purnama ke sembilan, Aku ingin bertemu Merajut harimu, dengan aksara kesyukuran Memberi sepenuh penghambaan diri Bukti cinta yang hakiki Purnama ke sembilan, Dibalik kerasnya dunia Kau janjikan ketenangan kepada sang perwira Adakah aku salah satunya? #50dayschallenge #Menulispuisi #FLPMesir

Kamu, dimana kutemukan

Oleh : Mufida Afiya Ingatan itu kembali Tentang sebuah rasa Meski tak kutemukan dalam pandang mata, Sudut hati bicara, ia akan tetap ada. Sarah berdiri terpaku di depan taman bermain. Menatap sebuah ayunan besi yang terletak di sisi kiri taman. Angin sepoi-sepoi yang bertiup membuat ujung rambutnya melambai-lambai. Dalam perjalanan pulang dari sekolahnya, ia tak sengaja melewati taman bermain masa kecilnya. Awalnya, ia hanya ingin mampir ke sebuah minimarket di ujung komplek perumahannya. Namun seketika langkahnya terhenti dan menatap taman bermain yang berhadapan dengan minimarket. Hingga matanya tertahan pada ayunan itu dan memori tujuh tahun silam kembali terputar di kepalanya.    Kalau saja aku tidak terlambat, seandainya aku lebih cepat, itu tak akan terjadi. Batinnya. *** Mei 2018 Bel sekolah berbunyi. Seluruh siswa bersiap untuk pulang ke rumah masing-masing. Begitu pula dengan Sarah. Siswi kelas sebelas itu merapikan meja tulisnya dan menyandang tas punggungnya. Cuaca