Postingan

Lelah

Lelahmu berharga Mengikuti setiap langkah Menerobos, menarik diri dari senyap Berdiri tegak selalu bersiap Lelahmu berharga Menyertai ayunan tangan pasti Bergerak lurus pantang terganti Demi sepucuk harapan dan mimpi Lelahmu berharga Di jalan panjang sebuah perjuangan Hingga kau temui pencapaian Dan nyatanya lembaran angan Kau pemilik lelah yang berharga Pesanku dalam seuntai aksara Jangan pernah kau patahkan asa Jangan biarkan penghalang memutus cerita Belum sampai pada ujung yang ingin dicari Belum tiba di ujung yang ingin kau jajahi Kau pemilik lelah yang berharga Biarkan kelelahan itu mengikuti semestinya Biarkan kelelahan itu menemani dalam raga Sebab bersamanya Membawamu pada nikmat tiada tara Memapahmu menuju cinta paling mulia Sang Pencipta

Idola

Berawal dari sebuah tulisan Mas Kurniawan Gunadi di media sosial Tumblr, saya tergelitik untuk menuliskan tema yang sama namun dengan sisi yang berbeda dan tentunya versi saya sendiri. Dalam tulisannya, Mas Gun menuliskan tentang makna cantik dari seorang perempuan menurut versi beliau. Menurutnya, perempuan yang cantik itu adalah mereka yang bisa memaknai peran dalam menebarkan kemanfaatan. Tidak hanya bagi dirinya dan keluarga, juga untuk orang lain di kehidupannya. Kemudian di akhir tulisan, beliau mengajak para kaum hawa untuk mendefinisikan apa itu makna tampan. Bagi saya, untuk melihat bagaimana seorang laki-laki itu dikatakan tampan adalah bagaimana ia menjalin hubungan dengan Penciptanya. Bagaimana salat, puasa, tilawah dan ibadah sunah lainnya yang setiap hari ia rutinkan. Tentunya ini juga merupakan salah satu tolak ukur kecantikan yang bisa dilihat dari seorang perempuan. Namun salah satu nilai plus yang saya pribadi lihat adalah bagaimana seorang laki-laki itu bisa mempert

Amalia

Hari ini Maret Sang purnama berlalu tanpa izin Meninggalkan diriku Yang masih mengais remah kehidupan Berharap ada mutiara Bahkan berlian untuk sebuah mahkota Hari ini Kamis Milikku yang masih sederhana Sama seperti sedia kala Bersafari di hamparan pasir Nabi Musa Selalu berharap untuk bisa memeluk senja Setengah perjalanan Aku teringat akan sebuah cerita Seorang gadis di seberang benua Bak memutar sebuah film lama Ternyata Ia adalah pemilik Kamis dan Maret ini Apa kabar dirimu yang telah dewasa Kita yang dulu pernah merangkai kata Mencipta untaian aksara Untuk sebuah kisah kita Mungkin saat ini rangkaian itu terhenti sejenak Namun aku berharap suatu saat nanti Kita kembali memiliki hari Bersama mahkota yang kita miliki Untukmu yang semakin bersahaja Semoga cinta Sang Pemilik Cinta Kasih sayang paling sempurna Senantiasa membersamaimu Aku bukan teman yang sempurna Bisaku hanya mencipta istimewa yang sederhana Hari ini Kamis Selamat hari puisi sedunia Se

Dia Butuh Kamu, Kawan

Di pinggiran sebuah kota tua yang menyimpan segudang sejarah, sebuah apartemen amat sederhana berdiri tegak ibarat sebuah benteng kerajaan. Berderet bersama apartemen-apartemen lain di sekelilingnya. Ia telah bertahun-tahun lamanya berdiri, melewati banyaknya putaran musim, menyaksikan drama kehidupan manusia yang tak ada habisnya. Tepat di lantai teratas apartemen itu, tinggallah seorang gadis muda yang sedang menyelesaikan program studi perkuliahannya. Ia tinggal bersama tiga orang temannya. Mereka berempat mendalami jurusan yang berbeda-beda. Gadis itu lebih memilih untuk menyelam di lautan ilmu sejarah Islam kuno. Ia sangat tertarik dengan segala hal yang berbau sejarah. Menduduki tingkat akhir perkuliahan membuatnya merasa na no-nano. Tepat di akhir masa perkuliahannya, secara kebetulan ia terpilih menjadi ketua salah satu divisi dari organisasi di kampusnya. Ia menganggap hal ini sebuah kebetulan. Karena ia tak pernah terlalu terjun di dunia keorganisasian. Mungkin sekali dua k

Keistimewaan yang sederhana

Tak perlu banyak Istimewaku sederhana Pagi ini Dingin melewati jendela kamar Menyapaku Menyentuh bulu roma di atas punggung tangan Aku pun mulai menari Mengayun lembut Diiringi nyanyian dari sentuhan sendok dan cangkir yang menyatu Bukan pagi ini istimewa Tapi secangkir rasa yang kunikmati sejak sedia kala Sudah lama Bahkan tak semua beranggapan sama Dan berkata terlalu sederhana Tak apa Bagiku kau tetap istimewa Jadilah istimewaku yang sederhana Biarkan hanya aku dan segelintir orang di luar sana Menjadi sahabat baikmu Selalu Secangkir teh hangat~

Bidadari

Oleh: Mufida Afiya Aku terpesona Pada sebuah hati ibarat baja, namun lembut membagi rasa Aku terkagum Pada ayunan langkah yang tegap Seakan tak pernah membisik kata lelah Paling menawan diantara manusia Berpacu dengan tarian angin yang menerpa Aku semakin terpesona Dari sebuah kesadaran Bahwa ia tak pernah ikrarkan rasa Tak butuh sebuah pengakuan Ia akan selalu membaktikan diri Menyusun kepingan jalan ini Padamu hai bidadari yang kusebut tak bersayap Pemilik takhta di hati para pujangga Pemilik tempat mulia anugerah dari Sang Maha Kairo, 11 November 2018 Tangan bidad ari itu menyentuh hatiku

Pujian itu Luka

Oleh : Mufida Afiya Sadarkah kau Sebab yang kau beri itu adalah luka Goresan sebuah duri Mengoyak dinding hati Retak berkeping mengurai sedih Mungkin, kau sebut itu pujian Namun bagiku senjata bertuan Seolah membangun benteng kebanggaan Namun perlahan menyerang pertahanan Jangan lagi kau puji aku Bukan aku tak mau Sebab perlahan ia tertanam Bak duri di hatiku