Idola

Berawal dari sebuah tulisan Mas Kurniawan Gunadi di media sosial Tumblr, saya tergelitik untuk menuliskan tema yang sama namun dengan sisi yang berbeda dan tentunya versi saya sendiri. Dalam tulisannya, Mas Gun menuliskan tentang makna cantik dari seorang perempuan menurut versi beliau. Menurutnya, perempuan yang cantik itu adalah mereka yang bisa memaknai peran dalam menebarkan kemanfaatan. Tidak hanya bagi dirinya dan keluarga, juga untuk orang lain di kehidupannya. Kemudian di akhir tulisan, beliau mengajak para kaum hawa untuk mendefinisikan apa itu makna tampan.

Bagi saya, untuk melihat bagaimana seorang laki-laki itu dikatakan tampan adalah bagaimana ia menjalin hubungan dengan Penciptanya. Bagaimana salat, puasa, tilawah dan ibadah sunah lainnya yang setiap hari ia rutinkan. Tentunya ini juga merupakan salah satu tolak ukur kecantikan yang bisa dilihat dari seorang perempuan. Namun salah satu nilai plus yang saya pribadi lihat adalah bagaimana seorang laki-laki itu bisa mempertahankan salat lima waktu berjamaah di masjid.

Salah satu sosok yang saya lihat bisa mempertahankan hal ini adalah laki-laki terdekat dalam keluarga saya. Dari keseharian beliau saya mendefinisikan makna tampan sebenarnya. Abi yang sehari-harinya bekerja di perusahaan biasa dan bukan seseorang yang memiliki latar agama. Namun beliau bisa memerankan sosok agamis dalam keluarga.

Bukan berniat untuk melebih-lebihkan. Tapi saya ingin memaparkan sekaligus berbagi inspirasi bagaimana sosok laki-laki tampan ini berhasil menjadi idola bagi anak perempuannya.

Setiap hari beliau tidak pernah meninggalkan salat berjamaah di masjid kecuali jika ada uzur mendesak. Di sela-sela kesibukan, beliau selalu menyempatkan diri untuk membaca Alquran dan memperbanyak ibadah sunah lainnya.

Sampai ketika di bulan Ramadhan, hampir setiap malam beliau hadir salat tarawih berjamaah tentunya bukan di masjid biasa. Beliau hadir di masjid yang setiap salat tarawih mengkhatamkan satu juz Alquran. Bagi kita yang telah merasakan hal ini di Mesir mungkin biasa saja. Namun bagi saya yang melihat masyarakat Indonesia melaksanakan hal ini tentunya merupakan hal yang istimewa.

Selain hal itu, di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, beliau selalu menyempatkan diri untuk mengikuti iktikaf di masjid tertentu dan berusaha untuk mengkhatamkan Alquran sebanyak-banyaknya.

Hal ini yang membuat saya semakin yakin bahwa sosok seperti inilah yang berhasil menjadi idola ideal bagi saya. Karena jika sudah baik agamanya, maka hal-hal duniawi lainnya akan baik pula, bi idznillah.

Saya semakin yakin juga bahwa tidak perlu wajah tampan, tidak perlu gelar istimewa, penghasilan luar biasa. Jika ia mampu mempertahankan hubungan baik dengan Penciptanya, ia sudah menjadi sosok paling luar biasa di mata saya.

Begitulah makna tampan versi saya sendiri yang menyadari bahwa sosok ideal itu ada di dekat saya.

Semoga dengan ini kita semakin bersemangat untuk menghias diri dengan iman dan takwa untuk menjemput cinta paling mulia Sang Pemilik Cinta.

Sekian:)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lelah

Pujian itu Luka